Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhu diceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangannya adalah wanita (istri) yang shalihah.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Wanita (biasanya) dinikahi karena empat (hal): hartanya, status sosial keluarganya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung.” (HR. Muttafaq Alaih)
Dua Hadits Nabi ini sama-sama memuliakan wanita, mengangkat martabatnya, dan memposisikannya dalam posisi yang lebih baik dan semua kesenangan yang ada di dalam dunia. Dus, wanita yang shalihah lebih baik daripada kesenangan apa pun yang ada di dunia.
Akan tetapi kedua Hadits di atas tidak memprioritaskan semua wanita, melainkan membatasinya dengan sifat “shalihah” untuk mengecualikan wanita-wanita lain yang tidak shalihah.
Pada Hadis kedua kita menemukan bahwa Nabi berwasiat kepada lelaki muslim agar menikahi wanita yang memiliki (komitmen kuat terhadap) agama. Karena (agama) itu adalah sesuatu yang dimiliki oleh kaum wanita. Berbeda dengan tiga hal lainnya -harta, status sosial keluarga, dan kecantikan- yang terkadang tidak dimiliki seorang wanita.
Wanita yang miskin tidak akan diminati oleh laki-laki yang tertarik kepada harta wanita, sehingga dia akan berpaling kepada wanita lain yang berharta. Wanita yang tidak memiliki status sosial tinggi tidak akan diminati oleh laki-laki yang terobsesi untuk menikah dengan wanita dari kalangan terpandang, sehingga dia akan berpaling kepada wanita lain yang berstatus sosial tinggi. Begitu pula wanita yang tidak cantik, dia tidak akan diminati oleh laki-laki yang mengidamkan wanita cantik.
Sedangkan wanita yang tidak memiliki komitmen agama yang baik bisa mengubah diri menjadi orang yang komit terhadap agama. Artinya dia memiliki banyak jalan untuk bisa menjadi wanita yang memiliki komitmen agama yang baik. Sehingga dengan demikian, setiap laki-laki muslim yang mau mengamalkan wasiat Nabi tersebut akan tergerak untuk menikahinya.
Jika direnungkan Iebih dalam, maka petunjuk Nabi tentang menikahi wanita yang memiliki komitmen agama yang baik itu sangat menjunjung tinggi akal wanita. Karena, harta, status sosial keluarga, dan kecantikan tidak ada hubungannya dengan akal wanita. Sedangkan komitmen terhadap agama adalah buah atau hasil alami dan aktifitas akal dan intelektualitasnya.
Setelah itu, maka kita bertanya, Siapa sejatinya yang memuliakan dan menghargai akal (intelektualitas)nya? Apakah mereka yang menampilkan wanita dengan body yang cantik, dandanan yang menor, aurat terbuka, dan hanya mementingkan bentuk fisik semata?! Apakah orang yang mengangkat derajat wanita adalah melihat dan sudut kekayaan yang dimilikinya, dan hanya melihatnya dengan pandangan kepentingan (asas manfaat)?! Apakah orang yang menghormati wanita adalah yang memandangnya karena ia berasal dan keluarga tertentu, tanpa mempedulikan dan mementingkan akal (intelektualitas)nya?! Ataukah orang yang rnemperhatikan hubungan wanita tersebut dengan Tuhannya, konsistensinya dalam menjalankan perintah yang bijaksana, dan menjauhi segala kemungkaran yang dilarang-Nya, sehingga dengan demikian dia lebih memprioritaskan aspek akal yang ada pada diri wanita daripada harta, kecantikan maupun status sosial keluarganya?! Dan orang yang terakhir ini adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jika dunia saat ini menjadikan wanita sebagai kesenangan bersama di antara para pria; kesenangan di klub-klub dan tempat-tempat hiburan, kesenangan di halaman-halaman majalah dan layar televisi, kesenangan bagi pandangan mata kaum pria karena dandanannya yang menor dan auratnya yang terbuka, dan juga kesenangan bagi telinga mereka dengan nyanyiannya, maka Islam justru memuliakan dan menghormatinya ketika menjadikan wanita yang shalihah sebagai kesenangan bagi seorang suami saja. Dan seorang wanita tidak mungkin menjadi shalihah kecuali jika dia menjadi milik seorang suami tanpa harus berbagi dengan pria lain.
Demikianlah, Islam memandang wanita dengan pandangan yang menghargai akalnya dan lebih mengedepankannya daripada kecantikan, kekayaan dan status sosialnya. Yakni akal yang bijaksana dan tepat sasaran. Jika seorang wanita memiliki akal yang tepat sasaran dan bijaksana, maka akal itu akan memberikan petunjuk kepada pemiliknya untuk komitmen kepada agama yang akan memberinya manfaat di dunia dan memberinya keselamatan di Akhirat.

Jadi, laki-laki yang beruntung adalah laki laki yang memilih wanita karena komitmen yang kuat kepada agama, dan bukan laki-laki yang memilih wanita yang memiliki harta, kecantikan, ataupun status sosialnya. Sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung.
Disadur dari Buku “Aku Tersanjung” Karya Muhammad Rasyid Al-Awayyid
[wimakassar.org]